Dikutip dari Forbes.com Tan memulai bisnisnya dengan teman kuliahnya di Harvard Bussiness School, Amerika Serikat. Tan bersama kawannya membuat aplikasi taksi online pertama di malaysia dengan nama MyTeksi.
Di Indonesia, Grab harus bersaing dengan dua perusahaan serupa lainnya. Keduanya adalah Gojek, yang merintis usaha dari transportasi online dan kini berkembang menjadi perusahaan layanan on demand, serta Uber.
Lalu apakah bos Gojek dan Uber juga sekaya Grab? Dilansir dari Forbes, harta pendiri Uber tak kalah fantastis.
Garrett Camp, pendiri Uber Technologies Inc., ditaksir memiliki harta US$ 4,8 miliar. Ia tercatat sebagai orang terkaya sejagat di peringkat 422 dan berada di urutan nomor 8 di negara asalnya, Kanada.
Begitu pula dengan mitranya, Travis Kalanick, membukukan kekayaan US$ 4,8 miliar dan berada di urutan 422 orang terkaya. Sedangkan di Amerika Serikat, Kalanick berada di urutan ke-135.
CEO Uber, Travis Kalanick. REUTERS
Kedua sahabat ini memulai bisnisnya pada 2009. Saat ini Uber telah beroperasi di 76 negara dengan melibatkan 5 miliar pengemudi. Sebelum mendirikan Uber, Garret Camp merancang StumbleUpon yang merupakan situs sosial bookmark yang memungkinkan para penggunanya menemukan dan merekomendasikan konten web yang ada. Garret Camp menjual StumbleUpon di eBay pada 2007 dengan nilai 75 juta.
Bila bos Uber sudah bertengger di jajaran orang terkaya dunia, pendiri Gojek asal Indonesia, Nadiem Makarim belum disebut-sebut. Namun nama Nadiem Makarim kian dipertimbangkan dalam bisnis startup.
Tahun lalu, Forbes menyebut Nadiem sebagai rising star. Mendirikan Gojek oada 2010, ia mengembangkan bisnis transportasi ojek tradisional menjadi layanan berbasis aplikasi melalui telepon pintar.
Pendiri dan CEO Go-Jek (Gojek) Indonesia, Nadiem Makarim. TEMPO/Ratih Purnama
Menurut Forbes, pada Agustus 2016, perusahaannya mendapat pembiayaan US$ 550 juta dari investor dengan valuasi senilai US$ 1,3 miliar. Aplikasi Go-Jek digunakan di 50 kota. Aplikasi pendukung ini sedang dalam tahap memperoleh pendanaan sebesar US$ 1,2 miliar dari perusahaan raksasa Cina dengan total nilai US$ 3 miliar.
Pada Februari lalu, Gojek kembali mendapat suntikan dana jumbo dari Astra International sebesar Rp 2 triliun dan Djarum Group. Nadiem Makarim mengantongi gelar MBA dari Harvard University sebelum merintis Go-Jek. Ia pernah bekerja di firma konsultan McKinsey.