Jumat, 09 Maret 2018

Bos Grab Jadi Orang Terkaya Forbes, Bagaimana Gojek dan Uber?

Bos Grab Jadi Orang Terkaya Forbes, Bagaimana Gojek dan Uber? - Bos perusahaan taksi online Grab, Anthony Tan didapuk sebagai orang terkaya di Malaysia versi Forbes. Harta Tan ditaksir mencapai US$ 6 miliar atau setara Rp 82,8 triliun. Kekayaan tersebut didapatkan dari usaha taksi online sejak beberapa tahun belakangan.

Dikutip dari Forbes.com Tan memulai bisnisnya dengan teman kuliahnya di Harvard Bussiness School, Amerika Serikat. Tan bersama kawannya membuat aplikasi taksi online pertama di malaysia dengan nama MyTeksi.

Di Indonesia, Grab harus bersaing dengan dua perusahaan serupa lainnya. Keduanya adalah Gojek, yang merintis usaha dari transportasi online dan kini berkembang menjadi perusahaan layanan on demand, serta Uber.

Lalu apakah bos Gojek dan Uber juga sekaya Grab? Dilansir dari Forbes, harta pendiri Uber tak kalah fantastis.

Garrett Camp, pendiri Uber Technologies Inc., ditaksir memiliki harta US$ 4,8 miliar. Ia tercatat sebagai orang terkaya sejagat di peringkat 422 dan berada di urutan nomor 8 di negara asalnya, Kanada.

Begitu pula dengan mitranya, Travis Kalanick, membukukan kekayaan US$ 4,8 miliar dan berada di urutan 422 orang terkaya. Sedangkan di Amerika Serikat, Kalanick berada di urutan ke-135.
CEO Uber, Travis Kalanick. REUTERS

Image result for Bos Grab Jadi Orang Terkaya Forbes, Bagaimana Gojek dan Uber?

Kedua sahabat ini memulai bisnisnya pada 2009. Saat ini Uber telah beroperasi di 76 negara dengan melibatkan 5 miliar pengemudi. Sebelum mendirikan Uber, Garret Camp merancang StumbleUpon yang merupakan situs sosial bookmark yang memungkinkan para penggunanya menemukan dan merekomendasikan konten web yang ada. Garret Camp menjual StumbleUpon di eBay pada 2007 dengan nilai 75 juta.

Bila bos Uber sudah bertengger di jajaran orang terkaya dunia, pendiri Gojek asal Indonesia, Nadiem Makarim belum disebut-sebut. Namun nama Nadiem Makarim kian dipertimbangkan dalam bisnis startup.

Tahun lalu, Forbes menyebut Nadiem sebagai rising star. Mendirikan Gojek oada 2010, ia mengembangkan bisnis transportasi ojek tradisional menjadi layanan berbasis aplikasi melalui telepon pintar.

Pendiri dan CEO Go-Jek (Gojek) Indonesia, Nadiem Makarim. TEMPO/Ratih Purnama
Menurut Forbes, pada Agustus 2016, perusahaannya mendapat pembiayaan US$ 550 juta dari investor dengan valuasi senilai US$ 1,3 miliar. Aplikasi Go-Jek digunakan di 50 kota. Aplikasi pendukung ini sedang dalam tahap memperoleh pendanaan sebesar US$ 1,2 miliar dari perusahaan raksasa Cina dengan total nilai US$ 3 miliar.

Pada Februari lalu, Gojek kembali mendapat suntikan dana jumbo dari Astra International sebesar Rp 2 triliun dan Djarum Group. Nadiem Makarim mengantongi gelar MBA dari Harvard University sebelum merintis Go-Jek. Ia pernah bekerja di firma konsultan McKinsey.


Kamis, 08 Maret 2018

Selangkah Lagi, Indonesia Bisa Produksi Propelan Rudal dan Roket

Selangkah Lagi, Indonesia Bisa Produksi Propelan Rudal dan Roket - PT Waskita Karya menyelesaikan proyek fasilitas penelitian dan pengembangan sarana prototipe nitrogliserin di Subang, Jawa Barat. Fasilitas tersebut akan digunakan sebagai penyedia kebutuhan propelan rudal dan roket di Indonesia.

Image result for Selangkah Lagi, Indonesia Bisa Produksi Propelan Rudal dan Roket

Peresmian sarana dan protitipe nitrogliserin sebagai bahan dasar propelan milik  PT Dahana ini menjadi salah satu bukti upaya menuju kemandirian alutsista khususnya propelan, kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, dalam peresmian pabrik, Rabu, 7 Maret 2018.

Ini dapat membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia mampu mandiri dan dalam proses menuju visi untuk menjadi produsen alutsista yang mampu berkiprah di kancah Internasional, kata Ryamizard seperti dikutip dari laman Kemenhan.

Direktur Utama PT Dahana, Budi Antono, mengatakan, Fasilitas Sarana dan Prototipe Nitrogliserin yang dibangun di atas lahan seluas 2,1 hektar ini adalah salah satu fasilitas cikal bakal penghasil bahan baku propelan.

Budi Antono mengatakan, PT Dahana masih memiliki dua pekerjaan rumah besar yaitu mewujudkan industri propelan dan pabrik amonium nitrat. Oleh karena itu dalam acara ini juga turut ditandatangani addendum propelan dan offtake produk amonium nitrate dengan PT Pindad yang juga anggota kluster National Defence and Hightech Industries (NDHI).

Propelan merupakan bahan energetik sebagai bahan pendorong roket atau rudal dan munisi, baik kaliber besar  dan kecil. Rata-rata kebutuhan propelan untuk alutsista sebesar 200 ton/tahun.

Pabrik ini adalah yang pertama di Asia dan akan menjadi solusi bagi kebutuhan  propelan rudal dan roket di Indonesia,” kata Direktur Operasi III PT Waskita Karya Bambang  Rianto dalam keterangan  tertulisnya, pada Kamis, 8 Maret 2018.

Proyek ini dimulai pada 2015 dengan nilai kontrak Rp 99 miliar. PT Waskita mengerjakan pembangunan pabrik tersebut, termasuk pekerjaan mekanikal, elektrikal, dan pengerjaan instalasi pabrik.